Pemimpin & Dakwah

10.14 0 Comments A+ a-

Memaknai kata “Pemimpin” dan “Dakwah” maka keduanya ibarat dua sisi mata uang, yang tidak bisa dipisahkan. Terkadang ada yang menyangkal bahwa dirinya bukan pemimpin, tentu orang berfikir demikian belum menyadari sepenuhnya hakikat dari “Pemimpin”. Setiap manusia secara fitrah terlahir sebagai seorang pemimpin dan memiliki tugas kepemimpinan. Seperti yang tercantum dalam QS. Al Baqarah 30 “...Bahwa Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi...”.
Tugas kepemimpinan dimulai dari lingkup yang paling kecil yakni memimpin diri sendiri, keluarga, masyarakat dan Negara. Maka perlu dipertanyakan jika seseorang belum bias memimpin dirinya sendiri bagaimana kelak ia akan memimpin keluarganya, masyarakat bahkan Negara.
Dalam tulisan ini saya berbicara kepemimpinan dalam konteks masyarakat luas. Mengingat menjadi pemimpin merupakan tugas yang sangat berat, sehingga tidak heran jika para sahabat yang diamanahkan menjadi pemimpin banyak yang mengucurkan air mata. Namun ketika mereka terpilih menjadi pemimpin, seluruh jiwa dan raga dengan semangat kesungguhan hati dan komitmen yang kuat mereka kerahkan untuk menjalankan amanah kepemimpinan. Alangkah sedihnya pada hari ini banyak yang berkompetisi hidup dan mati untuk menjadi pemimpin, mengerahkan seluruh kekuatan, harta dan jiwanya untuk memperoleh tampuk kepemimpinan, meskipun tanpa memperhatikan subtansi yang diinginkan Islam terhadap seorang pemimpin.
Pada generasi terbaik ummat ini, pemimpin adalah imam. Imam yang bisa memimpin ummatnya baik dalm konteks kepemimpinan sosial maupun religius. Rasulullah adalah pemimpin Negara Madinah sekaligus Imam, Abu Bakar adalah Pemimpin Khilafah Islam sekaligus Imam, Umar adalah Pemimpin sekaligus Imam, begitu juga dengan para sahabat setelahnya. Begitulah sosok pemimpin ideal dalam Islam.
Berkaca pada realitas social dalam konteks kepemimpinan masyarakat pada hari ini ada semacam frame berfikir kurang baik yang beredar di orbit masyarakat muslim tentang kepemiminan dan dakwah. Jabatan-jabatan yang strategis di masyarakat seakan-akan menjadi tempat terlarang bagi seorang Da’i. Tidak heran karena banyaknya kebobrokan politik, yang disetir oleh orang-orang yang jauh dari Islam “meski mengaku Islam” dalam posisi-posisi strategis dalam tampuk kepemimpinan hari ini. Sehingga wajah Politik yang putih bersih yang hanya sebatas ruang atau wadah ikut tercemar. Padahal jika kita analisa bukanlah lembaga atau institusinya yang bobrok, tetapi orang-orang yang berada di dalamnya.
Dengan demikian, nyatalah bahwa politik adalah wadah untuk mencapai kemaslahatan, jika disetir oleh orang-orang yang punya keimanan yang kuat serta kapasitas dan kapabilitas keemimpinan.  Nyatalah peran seorang pemimpin bahwa dia memiliki tugas untuk berdakwah dalam kepemimpinannya. “...jika kamu melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tanganmu...” tangan bisa diartikan kekuasaan, yang tentunya dimiliki seorang pemimpin.

“Menjadi Pemimpin seperti dua mata pisau, ketika kita amanah dengan kepemimpinannya maka mata pisau tersebut akan menghantarkanmu kepada Ridha Allah, namun  sebaliknya jika kelalaian yang engkau berikan terhadap tugas kepemimpinanmu, maka bersiaplah di sayat oleh Murka Allah” Wallua’lam