Mahasiswa Luar Biasa & Mahasiswa Biasa di Luar
Menjadi
Mahasiswa, jika kita pahami melalui pendekatan bahasa maka di dapat makna dari
kata menjadi adalah adanya perubahan sebuah keadaan, wujud atau barang. Dalam
Perpspektif pendidikan, perubahan ini bisa kita pahami sebagai perubahan pola
pikir, perubahan perilaku dan perubahan dalam berbagai aspek dalam kehidupan.
Nah, bagaimana
semestinya kita menempatkan kata menjadi mahasiswa ini agar “ia” bisa menjadi
dasar perubahan dalam berbagai aspek kehidupan kita. Pertama mari kita kupas
tentang perubahan pola pikir. Pola pikir tidak terbentuk begitu saja tanpa ada
yang mempengaruhi sebelumnya. Apa
kebiasaan sehari-hari yang dilakukan? Dengan Siapa Anda bergaul? Siapa Guru
Anda? Buku Apa yang Anda baca? Beberapa pertanyaan di atas adalah
pertanyaan yang harus dijawab jika ingin mengetahui apa yang mempengaruhi
pemikiran kita. Pada dasarnya pola pikir terbentuk dari akumulasi pengalaman
masa lalu yang mengkristal menjadi pemikiran dan cara pandang kita terhadap kehidupan
yang bermujud tindakan. “Pola pikir ini juga yang kebanyakan membuat mahasiswa
menyimpang, gagal bahkan Drop Out dari kampus” Why? Mari kita teruskan. Para pakar mengungkapkan “Perubahan social
dimulai dari perubahan pola pikir atau cara pandang”. Ketika cara pandang kita
terhadap sesuatu sudah salah maka itu adalah awal dari kesalahan yang akan
mengakibatkan kesalahan-kesalahan yang akan berujung pada tindakan berikutnya.
Mari kita perjelas, misalnya cara pandang seseorang terhadap kata “MAHASISWA”. Seperti apa mahasiswa? Apa kewajibannya? Apa
tugas mahasiswa? Apa yang seharusnya dilakukan mahasiswa ketika melihat sebuah
permasalan? Bagaimana mahasiswa belajar? Apa yang membedakannya dari Siswa?
Jika Anda gagal dalam memahami pertanyaan di atas maka akan ada tindakan yang
menyimpang dari yang seharusnya dimiliki oleh seorang MAHASISWA.
Kedua, mari kita
singgung sedikit tentang perubahan perilaku. Seperti Teori perubahan social
yang saya paparkan sebelumnya, bahwa perubahan social dimulai dari perubahan
pola pikir. Maka jika kita ingin adanya perubahan dalam perilaku maka hal
pertama yang harus dituntaskan adalah adanya perubahan pola pikir.
WARNING. Sebelum
Anda memahami tulisan saya yang di atas saya sarankan agar Anda tidak
melanjutkan kepada tulisan selanjutnya, karena kita berbicara tentang Perubahan
pola pikir menjadi perubahan Perilaku. Jika Anda belum bisa memahai pola pikir
tulisan ini bagaimana Anda bisa menerapkanny dalam perbuatan.
Jika sudah, mari
kita lanjutkan. Sekarang kita akan berbicara tema yang saya paparkan di atas
Mahasiswa Luar Biasa vs Mahasiswa Biasa di luar.
Bagaimana Anda
memahami kata “MAHASISWA”. Tentunya ada perbedaan dari kata SISWA, yakni ada
penambahan kata MAHA. Seharusnya yang berhak memegang kata MAHA adalah Allah SWT
(merek motor YAMAHA juga perlu kita
kritik sebenarnya, he ). Fokus, pemahaman kata MAHA dalam MAHASISWA bisa
dipahami bahwa dalam tingkatan SISWA/PELAJAR, MAHASISWA menempati posisi
teratas. Artinya, untuk Anda yang menyandang gelar Mahasiswa harus bisa
menempatkan diri Anda di atas SISWA.
Pertama,
MAHASISWA tidak hanya memiliki tugas belajar seperti siswa, dia punya tugas
lain yang membedakannya dari SISWA yakni, mengabdi dan meneliti. Pada hari ini
banyak fenomena yang terjadi di kalangan Mahasiswa yang tidak merepresentasikan
sosok MAHASISWA itu sendiri. Seperti, Study
Orientied dan Mahasiswa Abadi .
Mahasiswa tidak
hanya mempunyai tugas belajar. Kalau hanya belajar, apa yang membedakannya dari
SISWA? Mahasiswa memiliki tanggungjawag social, mereka adalah penyambung lidah
masyarakat dan pemerintah (perspektif gerakan). Tanggung jawab social ini bisa
diwujudkan dengan tindakan yang peduli dengan berbagai fenomena social yang
terjadi disekitarnya, baik yang berkaitan dengan akhlak, ekonomi dan politik.
Di akhir semester ada yang namanya KKN atau mahasiswa diterjunkan langsung ke
masyrakat untuk belajar dan mengamalkan ilmu yang mereka dapatkan di kampus.
Jika kita cermati dari tujuan pendidikan dengan diadakannya KKN adalah untuk
mempersiapkan mahasiswa agar siap beradaptasi dan berkompetisi di masyarakat.
Pada hari ini ada sesuatu yang menarik yang dilakukan mahasiswa yang tergabung
dalam berbagai organisasi kemahasiswaan. Mereka sengaja dipersiapkan dari awal
kuliah, awal bergabung di organisasi tersebut agar siap Back To Society tanpa menunggu program KKN dari kampus untuk
melatih diri beradaptasi dan berkompetisi di masyarakat.
Selanjutnya,
mahasiswa mempunyai tanggungjawab keilmuan. Banyak mahasiswa yang terlena
dengan tanggungjawab keilmuan yang seharusnya ia penuhi. Bagaimana mungkin
mahasiswa yang mempunyai tanggung jawab social tapi melalaikan tanggungjawab
keilmuannya. Apa yang akan ia berikan kepada masyarakat sementara “Dangkal
Keilmuannya”. Sehingga tidak jarang ada yang mengatakan Mahasiswa yang sesat
dan menyesatkan jauh dari kemaslahatan. Na’uzubillah.
Oleh karena itu
untuk memandu kedua tanggungjawab tersebut, kita tidak bisa melupakan
tanggungjawab sesungguhnya yakni, tanggungjawab sebagai HAMBA ALLAH.
Kesimpulan dari
tulisan ini adalah perlunya sikap Balance
sosok MAHASISWA dalam merealisasikan tanggung jawab social, tanggungjawab
keilmuan dan tanggungjawabnya sebagai hamba Allah.
Sehingga Anda
akan menjadi Mahasiswa Luar biasa bukan menjadi menjadi Mahasiswa yang biasa di
Luar, diluar tanggung jawabnya sebagai dirinya sebagai MAHASISWA, diluar
tanggungjawabnya sebagai hamba Allah SWT.
“Semoga bisa menginspirasi para mahasiswa”
Author : “Soe” twit.@Suprapto_zkr